Thursday, March 22, 2007

Kisah Nini

*Part I – the attack*
Jumat, 5 Januari 2007

Ugh, beratnya untuk memulai menulis potongan kisah hidupku yang ini..
Bahkan untuk menulis judul tulisan ini pun, sudah habis beberapa lembar tissue untuk menghapus air mataku..

Loosing someone you love is never an easy thing.. especially if she is someone that really special in your life.. and knowing that she’s leaving you forever…

Episode terakhir dalam perjalanan hidup Nini di dunia ini berlangsung selama 10 hari..
Episode yang begitu melelahkan, penuh perjuangan, begitu penuh ujian akan kesabaran, ketabahan dan kepasrahan kepada Allah..

Diawali di hari Jumat, 5 Januari 2007..

Pagi hari aku berangkat kantor dari rumah Nini seperti biasa.. percakapan terakhir kami:
Nini: “wes pok gawa nasi gorengnya?” (= udah kamu bawa nasi gorengnya – untuk sarapanku).
Aku: “udah Ni.. aku berangkat dulu ya..” sambil aku menepuk halus pundaknya. Saat itu Nini duduk di kursi di depan mesin jahit..

*ugh,, nggak kuat untuk nerusinnya. Bisa-bisa mataku sembab di kantor.. aku lanjutin lagi lain kali..*

*now it’s been more than a month since I wrote the above part. Semoga ‘keberanianku’ untuk melanjutkan tulisan ini, bisa membuat tulisan ini selesai pada akhirnya..”

Hari Jumat itu kegiatan di kantor seperti biasa. Rencana awalnya, Friday night aku ada janjian dinner bareng Adil (yang kebetulan lagi di Jakarta dan hari Minggu akan balik ke Melbourne), Irma, Dinar, Tiessa dan Jika.

Sesuai rencana, jam 7 tepat kumatikan computer, siap untuk menuju ke EX. Kuambil tas dan keluar ruangan.. bertepatan dengan Kak Butet, rekan kantorku, setengah berlari ke arahku “Wika, kamu dicariin Pak Arief. Nenek kamu masuk rumah sakit”. Aku kaget setengah mati.. langsung aku lari ke arah lobby. Pak Arief, oomku itu, juga sedang terburu-buru ke arahku.. aku langsung diajak ikut dia, menuju ke Nini.. di jalan, langsung aku cancel janjian dinnerku. Tak lama dari saat itu, aku juga dapat sms dari Mama "wika cepat pulang, Nini jatuh"

Singkat cerita yang didapat dari cilandak, Nini jatuh di kamar mandi saat mandi. Saat kami dalam perjalanan, keadaan Nini masih belum sadar dan ambulance belum juga datang ke cilandak. Pakmas (oomku yang terkecil) dan Tante Titien kebetulan sekali ada di cilandak waktu kejadian itu, sehingga mereka bisa segera kasih pertolongan.

Jumat malam… pulang kantor…
Udah bisa dipastikan: jalan macet di mana-mana!!
Betul-betul bikin tambah stress..

Telfon dan sms berdering-dering di mobil. Oom sibuk menelfon ke cilandak untuk cari update tentang Nini. Papa dan mamaku sudah dekat ke cilandak untuk membantu. Tapi ambulance tetap belum datang juga. Oksigen di rumah habis. Pulse Nini masih ada, hanya itu yang melegakan.

Suasana sangat menegangkan.. aku hanya bisa berdoa di tengah isak tangisku memikirkan Nini.. Oom pun ikut menangis juga.. sesekali kami saling berpegang tangan untuk saling menguatkan.
Saat kami mulai memasuki pakubuwono, ambulance baru datang, dan Nini segera dibawa ke RSPI. Langsung kami menuju ke sana.. setelah melewati kemacetan, sampai juga kami di sana jam 8 lewat. Semua sudah berkumpul. Nini ada di dalam instalasi gawat darurat. Masih belum sadarkan diri.. :(

Nini di-CT Scan untuk melihat kemungkinan pendarahan di otak, karena keliatannya Nini terkena stroke. Hasilnya sungguh menyedihkan.. Dokter mengkonfirmasi Nini terserang stroke yang mengakibatkan Nini jatuh karena serangan itu. Pendarahan di otak sangat parah, menyebar di mana-mana, sehingga tidak bisa dilakukan operasi untuk menyedot pendarahan itu, karena terlalu banyak dan menyebar hingga ke bagian-bagian dalam otak yang sulit dijangkau.

Emergency hall penuh dengan kami, anak-anak, cucu-cucu dan cicit-cicit Nini, lebih dari 20 orang.. berpelukan dan bertangisan sediih.. Mbak Dyah sangat tergoncang. Dia mendapat firasat buruk Nini akan pergi beberapa hari yang lalu. Dia takuuut sekali saat itu. Kita semua juga takut.. Tak siap, dan tak akan pernah siap untuk mendengar berita seperti itu. Harapan sangat kecil, bahkan operasi untuk menghentikan pendarahan tidak dapat dilakukan.

Nini dipindahkan ke ICU, tapi ruangan ICU penuh, sehingga Nini dibawa ke ICCU. Kami semua duduk di hall depan ICCU menunggu Nini. Bergantian kami boleh menengok Nini di dalam. Nini tetap tak sadarkan diri. Menurut Papa, sesaat sebelum CT Scan Nini sempat melihat ke Papa, walau tak bisa bicara apa-apa. Tapi setelah itu, tampaknya Nini betul-betul kehilangan kesadaran.

Saat aku masuk ke ruangan Nini, aku belai-belai Nini. Kakinya dingin.. tangannya juga. Dia pasti kedinginan. Dia selalu kedinginan kalau sedang dalam ruangan-ruangan pemeriksaan dan di rumah sakit. Apalagi karena bajunya hanya baju rumah sakit yang tipis. Aku boleh memasangkan kaus kaki untuk Nini, walau itu kaus kaki yang dipakai Pakmas, tapi yang penting bisa bikin hangat.

Sedih sekaliii.. selang-selang berseliweran di sekitar Nini. Ada alat bantu nafas, oksigen, alat pendeteksi detak jantung, alat pengukur tensi, infus, kateter, dll, entah lah apa lagi. Kaki dan tangannya sesesekali bergerak, tapi kita nggak tau, apa itu reaksi Nini atas kehadiran kita di sampingnya.. atau hanya reaksi motorik/syaraf yang di luar kesadarannya.. dokter yang satu bilang Nini sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi karena fungsi otaknya sudah tidak bekerja. Tapi dokter yang satu lagi bilang Nini masih merasakan kesakitan. Ah, kita jadi bertambah bingung dan sedih. Nggak tega kalau sampai Nini kesakitan..

Sampai malam, sms dan telfon dari teman-teman (terutama teman-teman kantor dan sahabat-sahabat sejak kuliah) terus berdatangan, memberi doa, semangat dan dukungan.. terima kasih untuk semuanya ya temans…

Sekitar jam 10 malam pintu ICCU ditutup. Kita semua diminta menunggu di kursi-kursi yang ada di sekitar ICCU. Nggak ada yang mau pulang, semua mau menunggu Nini. Akhirnya beberapa tante dan sepupu-sepupu/ponakan yang masih kecil pulang juga. Kalau aku tak salah ingat, Bulek Ninik, Oom Arifin, Papa, Pakmas, Wiro, Mas Uung, Ipung dan aku tinggal di rumah sakit malam itu. Tidur dengan kursi-kursi yang dirapatkan jadi satu. Baru sekitar jam 2 – 3 pagi aku bisa tidur.

Dalam tidurku yang sebentar, aku mimpi, bertemu Aki, kakekku yang sudah meninggalkan kami 7 tahun silam. Aki duduk di rumah cilandak (yang dalam mimpiku dalam setting seperti rumah cilandak beberapa belas tahun yang lalu), dengan pakaian yang biasanya dipakai.. dalam mimpiku suasana di cilandak adalah beberapa saat setelah Nini dibawa ke rumah sakit, semua orang tidak ada di rumah kecuali aku dan Aki. Aki tertunduk, dan berkata “Nini itu sudah nggak ada..”

Langsung aku terbangun.. menyadari diriku ada di rumah sakit. Aku berjalan sekeliling ruang tunggu, melihat apakah ada sesuatu. Tapi semua hening, masih dalam tidurnya masing-masing. Hampir saja aku angat internal telfon untuk menelfon ke dalam ICCU dan menanyakan Nini. Tapi kuurungkan niatku. Aku sungguh takut.. ..mungkinkan ini pertanda yang disampaikan padaku..

No comments: