Thursday, March 22, 2007

Kisah Nini

*Part III – Our last communication*
Senin, 8 Januari 2007

Hhh… weekend sudah berakhir. Hari Senin,, aku dan Ipung kembali ke kantor seperti biasa. Saat siap-siap untuk ke kantor, Mbak Dyah dan Pierre yang mampir cilandak memberi update yang menggembirakan.. Kabar dari rumah sakit, Nini sudah bisa buka mata!! Betul-betul keajaiban.. walau kita juga berusaha tetap tawakal. Anything could still happen..

Aku dan Ipung sampai di daerah madrasah waktu Bulek Ninik telfon aku.. dia juga bilang Nini sudah sadarkan diri dan lebih baik kalau kita bisa mampir di rumah sakit.. who knows, siapa tau kesempatan ini hanya sesaat, we still have to prepare for the worst.. kami langsung berganti arah menuju pondok indah lewat haji nawi.

Rasanya deg-degan untuk masuk ke ruangan Nini.. waktu itu dia lagi tertidur.. aku belai-belai tangannya.. pelan-pelan matanya terbukaa… aaah,, senang sekaliiii rasanya.. aku lagi pakai masker karena batukku belum pulih benar. Nini bingung, masih coba mengenaliku yang pakai masker itu. Akhirnya kucopot maskernya, dan bilang bahwa ini aku.. Nini tampaknya mengerti message yang disampaikan orang ke Nini.. kurasa aku tau apa yang dikuatirkan Nini kalau lagi sakit: keadaannya dan rumah cilandak. Langsung aku ceritain bagaimana keadaan Nini, bahwa Nini sudah ditangani dokter-dokter yang terbaik dan rumah cilandak baik-baik saja. Nini mengangguk-angguk tanda mengerti.. sambil terus menatapku.. alhamdulillah..

Tiba-tiba Nini bicaraa… ya.. bicara… “minum…minum…” kami semua sungguh terkejut. Aku langsung mengiyakan permintaannya dan meminta ke suster yang jaga pagi itu. Tapi memang Nini belum bisa minum, karena tenggorokannya dilengkapi dengan selang pernafasan. Dengan sangat menyesal aku tidak bisa memenuhi permintaannya, walau kemudian Nini terus meminta. Ipung sudah tak tega, langsung berlari ke luar ruangan.

Karena mungkin emosional, karena bisa berkomunikasi dengan keluarga, pulse Nini meningkat. Akhirnya kami semua keluar ruangan agar Nini bisa beristirahat.

Di luar, kutemui Ipung dan Mama menangis bersama.. mereka tak tega melihat Nini, sekaligus terharu betapa besar perjuangan Nini untuk bertahan. Sungguh pemandangan yang mengarukan. Ipung juga takut,, orang sakit yang kehausan dan minta minum terkadang merupakan pertanda yang kurang baik. Kehausan itu adalah simbol dari kehausannya untuk kembali ke Ilahi..

Papa pun, setelah agak siang, tak tega melihat Nini.. dia pun menangis, ya,, papaku yang kuat dan sangat sulit mengungkapkan ekspresinya itu, menangis juga. Nini sempat bilang ke papa “sakit San..”.

Hari itu,, membahagiakan sekaligus sangat mengharukan. Kami sangat bersyukur, tapi tetap masih ada perasaan was-was di dalam hati..

*ahh,, saat menulis inipun, walau sudah lewat 2 bulan dari kejadian itu, tapi masih teringat jelas tatapan Nini saat itu.. itulah moment terakhir kami saling berkomunikasi.. sedihnyaa.. aku tak menyesal sedikitpun pagi itu aku berganti arah menuju rumah sakit, dan tidak jadi ke kantor*

No comments: